Assalamu Alaikum Warrahmatullah hi wabarokatu… Marilah
bersama pembaca sekalian kita Memuja Kepada Allah dikarenakan Nikmat melimpah
yang diberikannya. Sholawat Serta Salam Marilah
pula kita curahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW.
Jum’at 15 Agustus 2014, Pukul 07.00 WIB saya berangkat dari
rumah menuju Pelabuhan Speedboat (sering di bilang “Bot”) Pulau Kijang. Cuaca agak dingin, Langit berawan. Ketika saya datang Speadboat Tobindo yang disupiri oleh Bapak Amir terlihat hampir
80 persen terisi, langsung saja saya mengambil tempat duduk di bagian depan. Sekitar
Pukul 07.30 spead boat kami
pun Lepas Landas (bah bahasanya, kayak pesawat aja)
dari Pelabuhan. Waktu perjalanan dari
Pulau Kijang ke Tembilahan sekitar Dua jam, dengan biaya Tujuh Puluh Ribu
Rupiah. Jadi Pulang Pergi (PP) Rp. 140.000,- Plus Asuransi jasaraharja biaya
nya Rp. 2.000 per orang kalau dari Tembilahan ke Pulau Kijang, kalau dari Pulau
Kijang ke Tembilahan gak pakai asuransi, abis gak da yang minta kayak di
Tembilahan, gak tahu kenapa…
Hari ini saya berniat untuk membuat KTP Nasional di Kantor
Catatan Sipil Inhil dan mengambil barang Komponen Elektronika untuk Eksperimen
saya di JNE Tembilhan yang saya beli secara Online. Pukul 09.30 WIB, Bot kami sampai di
Tembilahan. Sebelum Membuat KTP saya
membeli sedikit pesanan barang Abang saya di toko Normal, dilanjutkan mengambil
Paket Barang di JNE Tembilahan. Selepas
itu barulah saya menuju Kantor Catatan Sipil.
Tepat Pukul 10 saya sampai di Kantor Catatan Sipil, saya
langsung ke Loket dan langsung bertanya tentang pembuatan KTP Nasional,
kebetulan saat itu sedang Sepi. Saya pun
diminta surat Pengantar dari Lurah dan Fotocopy KK. Kemudian saya di Foto di ruangan yang sama. Setelah selesai berfoto saya di berikan
selembar kertas Pengambilan KTP yang intinya bertuliskan Pembuatan tanggal 15
Agustus dan Pengambilan 4 September.
Setelah saya lihat, saya pun berkata dalam hati. kok lama ya… saya pikir
buat di Tembilahan bisa Cepat. Salah satu alasan saya buat di Tembilahan biar
Cepat, maklum kalau di kecamatan lama, Kita kasih data dan syarat sama petugas
di Kelurahan ntar di Tumpukin dulu biar banyak baru dibawa ke kabupaten, kan
bisa lebih dari satu minggu atau mungkin sebulan.
Saya pun Keluar dari ruangan tersebut. Di luar saya berpikir kayaknya lewat Calo
juga ni… pas kebetulan diluar ada yang nanya… trus nawarin biar Cepat. Ya udah deh … ketimbang balik-balik lagi,
ongkos mahal… saya tanya emang berapa.. 80 ribu bang… saya pikir-pikir Kurang lebih juga bila harus
pulang pergi ke Tembilahan Lagi… saya terima aja trus saya pun disuruh tunggu
oleh calo tersebut dan dia pun pergi ngurusin…
Disinilah ceritanya bermula… teng… teng…
Sambil saya menunggu KTP selesai, saya Duduk di bangku luar,
ditempat tersebut sudah ada 5 Orang. Disamping
kanan saya seorang ibu samping kiri saya abang-abang dewasa sekitar umur tiga
puluhan dan di depan abang tersebut duduk bapak-bapak pake baju Putih, perutnya
agak gendut, dan saya lihat seperti kayak-kayak calo juga…ha..ha.. bapak itu bertanya kepada saya “Mau ngurus apa
dek”, saya jawab “Ngurus KTP Nasional pak”, tanya bapak itu lagi “Sudah jadi”,
saya jawab “Belum pak”, tanyanya lagi “berapa lama” dalam hati saya saya
berkata “wah… ini kayaknya calo juga… abis nanya cepat lambat juga, kayak
tukang calo tadi, yang nawarin saya jasa pengurusan KTP cepat jadi, karna kan calo tukang ngurus cepat
lambat kepengurusan”.dan saya pun menjawab “dua minggu pak, tapi saya pake
orang dalam aja pak, biar cepat”, dia bilang “kan ada di spanduknya, pengurusan
KTP dan sebagainya GRATIS”, lalu saya nyeletup “wah pak itu kan Cuma tulisan
aja, kenyataannya gak gitu”. dia tanya “apa gak bisa dikerjain di Kecamatan”,
saya jawab “lama pak, lagian saya ada keperluan lain ke Kabupaten, jadi hitung-hitung
hemat biaya”. Terus dia berpendapat
“Kalau saya, misalkan perlu KTP minggu depan saya buat Hari ini”, saya pun
berpendapat juga “saya gak perlu cepat juga pak, tapi mikirin biayanya pak, PP
aja 140 pak”. Trus dia bilang “kan bisa
diambil dua hari atau tiga hari lagi” jawab saya “gak bisa kayaknya pak, abis
tadi gak ada dimintain No HP”, kan bisa tanya disini dua hari atau tiga hari
lagi… saya jawab “Saya jauh pak, Saya dari Kecamatan Reteh, lewat laut lagi,
ini aja mau ngejar bot, abis botnya Cuma ada dua ke daerah saya”. Dia tanya lagi “Dari jam berapa disini” saya
jawab “Jam sepuluh tadi pak”
Oke kita break dulu… ambil segelas kopi… beberapa Kue… Cakap-Cakap
saya masih panjang ni…
Lanjut….
Kemudian bapaknya bertanya pula kepada abang-abang yang ada
di depannya “Mau ngurus apa dek” abang-abang itu jawab “KTP juga Pak”, bapak itu bertanya lagi “Sudah
jadi”, jawab abang itu “Belum pak, nunggu juga”. Lalu saya bertanya juga “Abang
pake calo juga bang…”, jawabnya “nggak, saya minta bantu orang dalam juga, saya
ni bantu orang di tempat saya ja… karena saya sering ke Tembilahan ni… Istri
saya orang Tembilahan”. “oh…” jawab
saya.
Mengenai jasa calo tadi, bapak tadi berkata“ Itulah kita ni…
kalau ada keperluan cepat baru diurus…” lalu abang itu menjawab “kadang kita ni
beda pak, orang-orang ni berbeda pikirannya, keperluaannya, pekerjaannya, ya
kalau bisa selesai dikampung kami tak payah ke Kota ni”, bapak tu bertanya
“Memangnya tak selesai ya dikampung” abang tu jawab “lama pak, dan bertele-tele
dan untuk pengurusan KTP Nasional tak bisa pulak di Kampung/kecamatan, coba
bisa dibuat di Kampung kan enak” saya nyambung “benar bang, dan pakai biaya
juga”. Abang tu menambahkan pula “sepertinya kabupaten gak mau melepaskan
urusan KTP Nasional untuk diselesaikan di kecamatan”. Setelah itu kami pun
berbicara panjang lebar lagi.
Bapak itu banyak memberikan saran-saran, Salah satu sarannya
“Sebenarnya jika Pelaksana di Kecamatan mampu menangani ini tentu tidak
dikerjakan oleh orang Kabupaten. Wajar ajalah mereka memberi waktu hampir dua
minggu untuk menyelesaikan KTP, mereka juga melayani 20 Kecamatan”. Kemudian dia juga sesekali
berbicara kuat-kuat “Kalau ada bapak dipersulit, lapor aja sama pimpinannya”, sering
dia bertanya “Bapak ada dipersulit”, saya jawab “tidak pak”. dalam hati saya “wah..
ngapain lapor-lapor, saya disini tidak mau cari susah, kalau punya power ya gak
apa-apa berani lapor. Kami ni masyarakat biasa, asal urusan selesai ya sudah
lah… dan saya juga sudah sering jumpa sama bos-bos, rata-rata mereka
mengganggap sepele kita, jadi mending jangan berurusan sama pemerintah untuk
hal-hal seperti itu, mohon maaf aja , banyak bos yang terkena hedonisme
sehingga kita dianggap sepele semua dipandang berdasarkan keberhasilannya
memperoleh harta dan materi yang didapat, kita ini orang rendahan kadang tidak
terlalu penting, apalagi orang muda, entah mikirin pegawai ntah tidak mereka
itu, kalau urusan dia yang gawat baru dia cari kita dan sibuk, …(penulis kayaknya
pengalaman…)”.
Kembali ke bapak tadi, Dia pun bertanya pula kepada Ibu yang
ada di samping Kanan saya, pertanyaannya intinya hampir sama dengan pertanyaan
yang diberikan kepada saya dan abang yang disebelah kiri saya, “Ngurus apa”, “berapa
lama”, “ada dipersulit” dan terakhir “Lapor aja kalau ada yang mempersulit”. Saya
tergelitik ketika ibu itu bertanya pula kepada bapak itu “Bapak wartawan ya…
nanya-nanya terus… atau bapak pimpinan disini”, bapak nya jawab “saya ngurus
juga”. Nggak tahu apa yang diurusnya. Dia masih agak pelit memberitahu jati
diri. Saya tidak berpikir dia orang yang
hebat atau pimpinan atau apalah gitu, malahan seperti pikiran saya sebelumnya
bapak ini calo juga… karna saya lihat dari gerak-geriknya. Pakaian saja masih
bagus pakaian saya (he..he..) dan abang disamping saya (rapi gitu).
Sebelum percakapan kami berakhir, bapak itu bertanya tentang
pekerjaan saya dan abang samping saya. Saya
agak ngeri menjawab, karna saya kan pake calo… malu juga dengan pekerjaan. Tapi
ya apa boleh baut, bukan kita pengen senang aja dan urusan cepat selesai, tapi
karena keadaan, kondisi geografis wilayah sehingga sulit untuk transfortasi dan
hitung-hitungan penghematan biaya (maklum saya masih honorer) yang sangat
tinggi, ya sudah jalan menggunakan calo merupakan pilihan yang paling effectif
menyelesaikan masalah untuk membuat KTP Nasional. Kemudian saya jawab “Saya
guru pak”, dimana katanya “SMK N 1 Reteh”. Abang itu juga ditanya tentang
pekerjaannya, saya kerja di kelurahan Keritang pak, “PNS” tanya bapak itu.. “nggak
pak, honorer”. Tiba-tiba bapak itu
bergegas mengajak saya dan abang itu kedalam, “Ayo ikut saya”… katanya. Saya agak ragu-ragu, dalam hati saya “wah
bapak ini cari ribut kayaknya, bakalan lama saya di Tembilahan ni, bisa-bisa
gak selesai KTP saya”, udah panik ni. Dua
kali bapak itu mengajak saya, karena saya menolak untuk bangkit dari tempat
duduk. Ntah mengapa saya beranjak juga
dan ikut bapak itu masuk kedalam ruangan di depan tempat saya melakukan
pendaftaran KTP dan Foto. Disana telah
ada kurang dari 10 orang yang tengah sibuk melaksanakan pekerjaan pembuatan KTP
(Staf-staf). Kemudian bapak itu dengan
PD-nya langsung menyuruh salah satu staf untuk menyelesaikan dan
memprioritaskan pengurusan KTP saya dan abang tadi. Staf yang disuruh tadi tanpa pikir panjang
dan mengeluh, dengan cepat langsung menanya dan meminta bukti telah mendaftar
dan foto di ruangan foto tadi. Langsung
lah bapak itu mengulurkan Tangan kepada saya untuk bersalaman, dan
memberitahukan namanya. Nama saya “Tengku”
ada lagi panjangan namanya yang dia katakan… tapi saya agak samar-samar
teringat. Maklum waktu itu saya lagi
bingung, campur aduk dan sebagainya lah. Saya masih belum tahu apa Pekerjaan
bapak ini, ya sebagai orang yang dibantu saya mengucapkan terima kasih “Terima
Kasih pak”, bapak itu berkata “Kalau ada Keluhan atau dipersulit, lapor aja ya”,
jawab saya “iya pak terima kasih”. Bapak itupun berlalu keruangan lain di dalam
gedung Catatan Sipil Tembilahan.
Saya tanya kepada salah satu karyawan “Bapak itu siapa
disini”, dijawab “Kepala pak”, barulah saya mengerti rupanya bapak itu Kepala
Kantor disini. Berarti dia panjang lebar berbicara sama saya, untuk melakukan
Inspeksi di sekitaran kantornya, menyangkut kinerja pegawainya, calo, respon
masyarakat tentang pengurusan KTP dan sebagainya yang berhubungan dengan
Catatan Sipil. Setelah menunggu beberapa
lama, Alhamdulillah KTP sayapun jadi dan GRATIS Tis..tis…tis. Salah satu staf diruangan itu bilang kepada
saya “tadi seharusnya masuk aja keruangan ini, bilang minta cepat selesaikan untuk
buat KTP ”, saya tanya “emang bisa” jawabnya “bisa”, saya tanya “Kok gak ada
tulisannya”, jawabnya “wah kalau ada tulisannya bakalan banyak orang masuk ntar”.
oh… kata saya. Tambahnya lagi “Kalau
orang yang sudah biasa ngurus, mereka pasti tahu”, oh…
Usut punya usut, setelah pulang dari tembilahan saya pun
Seaching di Google tentang Nama, “Tengku” di Lingkungan Pemerintah Indragiri
Hilir, dan saya dapat nama ini
Ir. H.
TENGKU EDDY EFRIZAL, MP
|
IV/b
|
Kepala
Dinas Pekerjaan Umum Kab. Inhil
|
Dengan link website : http://www.inhilkab.go.id/index.php/Eksekutif/dinas-daerah.html
Rupanya bapak itu sebelumnya mengepalai Dinas PU dan
sekarang kayaknya telah dipindahkan Ke Dinas Kependudukan dan Capil Kab. Inhil
dan saya lihat di KTP saya yang menanda tangani percis namanya, Ir. H.T.EDDY
EFRIZAL, MP, wah kayaknya saya berjuma dengan orang yang menanda tangani KTP
kita. Coba pembaca pikir, pernahkan
pembaca berjuma dengan orang yang menanda tangani KTP pembaca…
Wah saya beruntung berjumpa … bukan beruntung karena berjumpa
saja sama bapak, tapi karena adanya perjumpaan yang bermanfaat ini, yang
mungkin memberikan sedikit perubahan sudut pandang saya terhadap pejabat-pejabat
pemerintah (saya menganggap banyak pejabat yang telah terjatuh pada dunia
hedonisme, pakai Ipad lah, Mobil mewah dan semua yang mewah, ditambah lagi
dugem bah… gawat), tidak mau melakukan penanggapan atau mencari tahu kinerja di
lingkungannya, atau mungkin pandangan
bapak itu sendiri terhadap kata-kata saya yang keceplosan (maklum aja,
sebelumnya kan gak tahu, saya kira bapak-bapak biasa aja, yang ingin mengurus
sesuatau di kantor Catatan Sipil), mungkin dia panas atau apalah, mendengar
keluhan dari kami (saya dan abang disebelah saya tadi). Tapi semua yang saya katakan kepada bapak itu
adalah kejujuran, dan merupakan realitas kehidupan di Indonesia umumnya dan di
Inhil Khususnya. Seandainya saya tahu bapak itu Kepala Kantor, tentu saya
memilih diam, diam karena beranggapan
tidak ada gunanya bicara panjang lebar sama pejabat, mereka kebanyakan (mungkin
ada satu atau dua yang nggak) menganggap sepele orang-orang muda, terlebih lagi
saya.
Salut, saya ucapkan kepada bapak yang baru bertugas di Dinas Capil Inhil saya beri dua jempol, yang
mau mendengar dan menyelidiki hal-hal terkait pengurusan Surat-surat di
lingkungan Kantornya, semoga para Pejabat yang menduduki tingkat pimpinan, mau
mencoba mendengar pesan dan kritik dari masyarakat terkait lingkungan yang
dipimpinnya seperti yang dilakukan bapak Tengku. Jika bapak marah, saya mohon maaf
sebesar-besarnya, semoga bapak memiliki hati yang bersih dan tidak seperti kebanyakan
para pejabat yang asik dengan Hedonismenya.
Seandainya bapak marah, sepertinya tulisan saya ini tidak terlalu bermanfaat
dan tidak ada gunanya (hanya omong kosong).
Salam saya Muhammad Arsyad lulusan D3 Bidang Elektro Universitas Riau
dengan IPK 3,70 dan S1 Kompuer STMIK AMIK RIAU dengan IPK 3,80, dari Pulau
Kijang, Reteh seorang guru yang gak Lulus PNS tahun kemaren karena gak ngelewati
PassGrade TWK dan TIU,Ha..ha..ha.., (menurut saya bagi kita sarjana dengan
bidang yang memanfaatkan skill seharusnya sistem tes penerimaan PNS itu
dibalik, Tes Kemampuan bidang Dulu baru Tes TWK,TIU,TKP, masak iya kita yang
kuliah jurusan teknik Komputer harus ujian PPKN, ha… itu menurut saya tidak
logis, apa kita mau ngajar PPKN atau sejarah, tes dulu kemampuan Teori dan
Praktek komputernya baru tes yang lain,
itu baru menghasilkan Pegawai yang Profesional).
Akhir paragraf, saya ucapkan terima kasih kepada semua
pembaca, semoga tulisan saya ini dapat memberikan sedikit pengalaman bagi
teman-teman, adik kakak, saudara-saudara sekalian. Tidak ada maksud untuk menyepelekan seseorang
atau masyarakat. Semua demi negara, Semua demi Indonesia, semoga Indonesia semakin maju.
Jika kita tidak memakai sumber daya manusia yang profesional tentu kita
masih hidup pada sistem yang mengandalkan birokrasi saja, sayangnya birokrasi
tanpa jiwa profesional akan menghasilkan pribadi yang suka memandai-mandai …
Terima Kasih
Muhammad Arsyad
Wassalamu Alaikum Warrahmatullah hi Wabarokatu
Sumber : Klik Here
Tidak ada komentar:
Posting Komentar