Jumat, 29 Agustus 2014

Pengalaman Beharga Membuat KTP Nasional di Kantor Catatan Sipil Tembilahan

Assalamu Alaikum Warrahmatullah hi wabarokatu… Marilah bersama pembaca sekalian kita Memuja Kepada Allah dikarenakan Nikmat melimpah yang diberikannya.  Sholawat Serta Salam Marilah pula kita curahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW.
Jum’at 15 Agustus 2014, Pukul 07.00 WIB saya berangkat dari rumah menuju Pelabuhan Speedboat (sering di bilang “Bot”) Pulau Kijang.  Cuaca agak dingin, Langit berawan.  Ketika saya datang Speadboat Tobindo  yang disupiri oleh Bapak Amir terlihat hampir 80 persen terisi, langsung saja saya mengambil tempat duduk di bagian depan. Sekitar Pukul 07.30 spead boat kami
pun Lepas Landas (bah bahasanya, kayak pesawat aja) dari Pelabuhan.  Waktu perjalanan dari Pulau Kijang ke Tembilahan sekitar Dua jam, dengan biaya Tujuh Puluh Ribu Rupiah. Jadi Pulang Pergi (PP) Rp. 140.000,- Plus Asuransi jasaraharja biaya nya Rp. 2.000 per orang kalau dari Tembilahan ke Pulau Kijang, kalau dari Pulau Kijang ke Tembilahan gak pakai asuransi, abis gak da yang minta kayak di Tembilahan, gak tahu kenapa…
Hari ini saya berniat untuk membuat KTP Nasional di Kantor Catatan Sipil Inhil dan mengambil barang Komponen Elektronika untuk Eksperimen saya di JNE Tembilhan yang saya beli secara Online.  Pukul 09.30 WIB, Bot kami sampai di Tembilahan.  Sebelum Membuat KTP saya membeli sedikit pesanan barang Abang saya di toko Normal, dilanjutkan mengambil Paket Barang di JNE Tembilahan.  Selepas itu barulah saya menuju Kantor Catatan Sipil.
Tepat Pukul 10 saya sampai di Kantor Catatan Sipil, saya langsung ke Loket dan langsung bertanya tentang pembuatan KTP Nasional, kebetulan saat itu sedang Sepi.  Saya pun diminta surat Pengantar dari Lurah dan Fotocopy KK.  Kemudian saya di Foto di ruangan yang sama.  Setelah selesai berfoto saya di berikan selembar kertas Pengambilan KTP yang intinya bertuliskan Pembuatan tanggal 15 Agustus dan Pengambilan 4 September.  Setelah saya lihat, saya pun berkata dalam hati. kok lama ya… saya pikir buat di Tembilahan bisa Cepat. Salah satu alasan saya buat di Tembilahan biar Cepat, maklum kalau di kecamatan lama, Kita kasih data dan syarat sama petugas di Kelurahan ntar di Tumpukin dulu biar banyak baru dibawa ke kabupaten, kan bisa lebih dari satu minggu atau mungkin sebulan.
Saya pun Keluar dari ruangan tersebut.  Di luar saya berpikir kayaknya lewat Calo juga ni… pas kebetulan diluar ada yang nanya… trus nawarin biar Cepat.  Ya udah deh … ketimbang balik-balik lagi, ongkos mahal… saya tanya emang berapa.. 80 ribu bang…  saya pikir-pikir Kurang lebih juga bila harus pulang pergi ke Tembilahan Lagi… saya terima aja trus saya pun disuruh tunggu oleh calo tersebut dan dia pun pergi ngurusin…
Disinilah ceritanya bermula… teng… teng…
Sambil saya menunggu KTP selesai, saya Duduk di bangku luar, ditempat tersebut sudah ada 5 Orang.  Disamping kanan saya seorang ibu samping kiri saya abang-abang dewasa sekitar umur tiga puluhan dan di depan abang tersebut duduk bapak-bapak pake baju Putih, perutnya agak gendut, dan saya lihat seperti kayak-kayak calo juga…ha..ha..  bapak itu bertanya kepada saya “Mau ngurus apa dek”, saya jawab “Ngurus KTP Nasional pak”, tanya bapak itu lagi “Sudah jadi”, saya jawab “Belum pak”, tanyanya lagi “berapa lama” dalam hati saya saya berkata “wah… ini kayaknya calo juga… abis nanya cepat lambat juga, kayak tukang calo tadi, yang nawarin saya jasa pengurusan KTP  cepat jadi, karna kan calo tukang ngurus cepat lambat kepengurusan”.dan saya pun menjawab “dua minggu pak, tapi saya pake orang dalam aja pak, biar cepat”, dia bilang “kan ada di spanduknya, pengurusan KTP dan sebagainya GRATIS”, lalu saya nyeletup “wah pak itu kan Cuma tulisan aja, kenyataannya gak gitu”. dia tanya “apa gak bisa dikerjain di Kecamatan”, saya jawab “lama pak, lagian saya ada keperluan lain ke Kabupaten, jadi hitung-hitung hemat biaya”.  Terus dia berpendapat “Kalau saya, misalkan perlu KTP minggu depan saya buat Hari ini”, saya pun berpendapat juga “saya gak perlu cepat juga pak, tapi mikirin biayanya pak, PP aja 140 pak”.  Trus dia bilang “kan bisa diambil dua hari atau tiga hari lagi” jawab saya “gak bisa kayaknya pak, abis tadi gak ada dimintain No HP”, kan bisa tanya disini dua hari atau tiga hari lagi… saya jawab “Saya jauh pak, Saya dari Kecamatan Reteh, lewat laut lagi, ini aja mau ngejar bot, abis botnya Cuma ada dua ke daerah saya”.  Dia tanya lagi “Dari jam berapa disini” saya jawab “Jam sepuluh tadi pak”
Oke kita break dulu… ambil segelas kopi… beberapa Kue… Cakap-Cakap saya masih panjang ni…
Lanjut….
Kemudian bapaknya bertanya pula kepada abang-abang yang ada di depannya “Mau ngurus apa dek” abang-abang itu jawab  “KTP juga Pak”, bapak itu bertanya lagi “Sudah jadi”, jawab abang itu “Belum pak, nunggu juga”. Lalu saya bertanya juga “Abang pake calo juga bang…”, jawabnya “nggak, saya minta bantu orang dalam juga, saya ni bantu orang di tempat saya ja… karena saya sering ke Tembilahan ni… Istri saya orang Tembilahan”.  “oh…” jawab saya.
Mengenai jasa calo tadi, bapak tadi berkata“ Itulah kita ni… kalau ada keperluan cepat baru diurus…” lalu abang itu menjawab “kadang kita ni beda pak, orang-orang ni berbeda pikirannya, keperluaannya, pekerjaannya, ya kalau bisa selesai dikampung kami tak payah ke Kota ni”, bapak tu bertanya “Memangnya tak selesai ya dikampung” abang tu jawab “lama pak, dan bertele-tele dan untuk pengurusan KTP Nasional tak bisa pulak di Kampung/kecamatan, coba bisa dibuat di Kampung kan enak” saya nyambung “benar bang, dan pakai biaya juga”. Abang tu menambahkan pula “sepertinya kabupaten gak mau melepaskan urusan KTP Nasional untuk diselesaikan di kecamatan”. Setelah itu kami pun berbicara panjang lebar lagi.
Bapak itu banyak memberikan saran-saran, Salah satu sarannya “Sebenarnya jika Pelaksana di Kecamatan mampu menangani ini tentu tidak dikerjakan oleh orang Kabupaten. Wajar ajalah mereka memberi waktu hampir dua minggu untuk menyelesaikan KTP, mereka juga melayani  20 Kecamatan”. Kemudian dia juga sesekali berbicara kuat-kuat “Kalau ada bapak dipersulit, lapor aja sama pimpinannya”, sering dia bertanya “Bapak ada dipersulit”, saya jawab “tidak pak”. dalam hati saya “wah.. ngapain lapor-lapor, saya disini tidak mau cari susah, kalau punya power ya gak apa-apa berani lapor. Kami ni masyarakat biasa, asal urusan selesai ya sudah lah… dan saya juga sudah sering jumpa sama bos-bos, rata-rata mereka mengganggap sepele kita, jadi mending jangan berurusan sama pemerintah untuk hal-hal seperti itu, mohon maaf aja , banyak bos yang terkena hedonisme sehingga kita dianggap sepele semua dipandang berdasarkan keberhasilannya memperoleh harta dan materi yang didapat, kita ini orang rendahan kadang tidak terlalu penting, apalagi orang muda, entah mikirin pegawai ntah tidak mereka itu, kalau urusan dia yang gawat baru dia cari kita dan sibuk, …(penulis kayaknya pengalaman…)”.
Kembali ke bapak tadi, Dia pun bertanya pula kepada Ibu yang ada di samping Kanan saya, pertanyaannya intinya hampir sama dengan pertanyaan yang diberikan kepada saya dan abang yang disebelah kiri saya, “Ngurus apa”, “berapa lama”, “ada dipersulit” dan terakhir “Lapor aja kalau ada yang mempersulit”. Saya tergelitik ketika ibu itu bertanya pula kepada bapak itu “Bapak wartawan ya… nanya-nanya terus… atau bapak pimpinan disini”, bapak nya jawab “saya ngurus juga”. Nggak tahu apa yang diurusnya. Dia masih agak pelit memberitahu jati diri.  Saya tidak berpikir dia orang yang hebat atau pimpinan atau apalah gitu, malahan seperti pikiran saya sebelumnya bapak ini calo juga… karna saya lihat dari gerak-geriknya. Pakaian saja masih bagus pakaian saya (he..he..) dan abang disamping saya (rapi gitu). 
Sebelum percakapan kami berakhir, bapak itu bertanya tentang pekerjaan saya dan abang samping saya.  Saya agak ngeri menjawab, karna saya kan pake calo… malu juga dengan pekerjaan. Tapi ya apa boleh baut, bukan kita pengen senang aja dan urusan cepat selesai, tapi karena keadaan, kondisi geografis wilayah sehingga sulit untuk transfortasi dan hitung-hitungan penghematan biaya (maklum saya masih honorer) yang sangat tinggi, ya sudah jalan menggunakan calo merupakan pilihan yang paling effectif menyelesaikan masalah untuk membuat KTP Nasional. Kemudian saya jawab “Saya guru pak”, dimana katanya “SMK N 1 Reteh”. Abang itu juga ditanya tentang pekerjaannya, saya kerja di kelurahan Keritang pak, “PNS” tanya bapak itu.. “nggak pak, honorer”.  Tiba-tiba bapak itu bergegas mengajak saya dan abang itu kedalam, “Ayo ikut saya”… katanya.  Saya agak ragu-ragu, dalam hati saya “wah bapak ini cari ribut kayaknya, bakalan lama saya di Tembilahan ni, bisa-bisa gak selesai KTP saya”, udah panik ni.  Dua kali bapak itu mengajak saya, karena saya menolak untuk bangkit dari tempat duduk.  Ntah mengapa saya beranjak juga dan ikut bapak itu masuk kedalam ruangan di depan tempat saya melakukan pendaftaran KTP dan Foto.  Disana telah ada kurang dari 10 orang yang tengah sibuk melaksanakan pekerjaan pembuatan KTP (Staf-staf).  Kemudian bapak itu dengan PD-nya langsung menyuruh salah satu staf untuk menyelesaikan dan memprioritaskan pengurusan KTP saya dan abang tadi.  Staf yang disuruh tadi tanpa pikir panjang dan mengeluh, dengan cepat langsung menanya dan meminta bukti telah mendaftar dan foto di ruangan foto tadi.  Langsung lah bapak itu mengulurkan Tangan kepada saya untuk bersalaman, dan memberitahukan namanya.  Nama saya “Tengku” ada lagi panjangan namanya yang dia katakan… tapi saya agak samar-samar teringat.  Maklum waktu itu saya lagi bingung, campur aduk dan sebagainya lah. Saya masih belum tahu apa Pekerjaan bapak ini, ya sebagai orang yang dibantu saya mengucapkan terima kasih “Terima Kasih pak”, bapak itu berkata “Kalau ada Keluhan atau dipersulit, lapor aja ya”, jawab saya “iya pak terima kasih”. Bapak itupun berlalu keruangan lain di dalam gedung Catatan Sipil Tembilahan.
Saya tanya kepada salah satu karyawan “Bapak itu siapa disini”, dijawab “Kepala pak”, barulah saya mengerti rupanya bapak itu Kepala Kantor disini. Berarti dia panjang lebar berbicara sama saya, untuk melakukan Inspeksi di sekitaran kantornya, menyangkut kinerja pegawainya, calo, respon masyarakat tentang pengurusan KTP dan sebagainya yang berhubungan dengan Catatan Sipil.  Setelah menunggu beberapa lama, Alhamdulillah KTP sayapun jadi dan GRATIS Tis..tis…tis.  Salah satu staf diruangan itu bilang kepada saya “tadi seharusnya masuk aja keruangan ini, bilang minta cepat selesaikan untuk buat KTP ”, saya tanya “emang bisa” jawabnya “bisa”, saya tanya “Kok gak ada tulisannya”, jawabnya “wah kalau ada tulisannya bakalan banyak orang masuk ntar”. oh… kata saya.  Tambahnya lagi “Kalau orang yang sudah biasa ngurus, mereka pasti tahu”, oh…
Usut punya usut, setelah pulang dari tembilahan saya pun Seaching di Google tentang Nama, “Tengku” di Lingkungan Pemerintah Indragiri Hilir, dan saya dapat nama ini
Ir. H. TENGKU EDDY EFRIZAL, MP
IV/b
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kab. Inhil
Rupanya bapak itu sebelumnya mengepalai Dinas PU dan sekarang kayaknya telah dipindahkan Ke Dinas Kependudukan dan Capil Kab. Inhil dan saya lihat di KTP saya yang menanda tangani percis namanya, Ir. H.T.EDDY EFRIZAL, MP, wah kayaknya saya berjuma dengan orang yang menanda tangani KTP kita.  Coba pembaca pikir, pernahkan pembaca berjuma dengan orang yang menanda tangani KTP pembaca…
Wah saya beruntung berjumpa … bukan beruntung karena berjumpa saja sama bapak, tapi karena adanya perjumpaan yang bermanfaat ini, yang mungkin memberikan sedikit perubahan sudut pandang saya terhadap pejabat-pejabat pemerintah (saya menganggap banyak pejabat yang telah terjatuh pada dunia hedonisme, pakai Ipad lah, Mobil mewah dan semua yang mewah, ditambah lagi dugem bah… gawat), tidak mau melakukan penanggapan atau mencari tahu kinerja di lingkungannya,  atau mungkin pandangan bapak itu sendiri terhadap kata-kata saya yang keceplosan (maklum aja, sebelumnya kan gak tahu, saya kira bapak-bapak biasa aja, yang ingin mengurus sesuatau di kantor Catatan Sipil), mungkin dia panas atau apalah, mendengar keluhan dari kami (saya dan abang disebelah saya tadi).  Tapi semua yang saya katakan kepada bapak itu adalah kejujuran, dan merupakan realitas kehidupan di Indonesia umumnya dan di Inhil Khususnya. Seandainya saya tahu bapak itu Kepala Kantor, tentu saya memilih diam,  diam karena beranggapan tidak ada gunanya bicara panjang lebar sama pejabat, mereka kebanyakan (mungkin ada satu atau dua yang nggak) menganggap sepele orang-orang muda, terlebih lagi saya.
Salut, saya ucapkan kepada bapak yang baru bertugas di  Dinas Capil Inhil saya beri dua jempol, yang mau mendengar dan menyelidiki hal-hal terkait pengurusan Surat-surat di lingkungan Kantornya, semoga para Pejabat yang menduduki tingkat pimpinan, mau mencoba mendengar pesan dan kritik dari masyarakat terkait lingkungan yang dipimpinnya seperti yang dilakukan bapak Tengku.  Jika bapak marah, saya mohon maaf sebesar-besarnya, semoga bapak memiliki hati yang bersih dan tidak seperti kebanyakan para pejabat yang asik dengan Hedonismenya.  Seandainya bapak marah, sepertinya tulisan saya ini tidak terlalu bermanfaat dan tidak ada gunanya (hanya omong kosong).  Salam saya Muhammad Arsyad lulusan D3 Bidang Elektro Universitas Riau dengan IPK 3,70 dan S1 Kompuer STMIK AMIK RIAU dengan IPK 3,80, dari Pulau Kijang, Reteh seorang guru yang gak Lulus PNS tahun kemaren karena gak ngelewati PassGrade TWK dan TIU,Ha..ha..ha.., (menurut saya bagi kita sarjana dengan bidang yang memanfaatkan skill seharusnya sistem tes penerimaan PNS itu dibalik, Tes Kemampuan bidang Dulu baru Tes TWK,TIU,TKP, masak iya kita yang kuliah jurusan teknik Komputer harus ujian PPKN, ha… itu menurut saya tidak logis, apa kita mau ngajar PPKN atau sejarah, tes dulu kemampuan Teori dan Praktek  komputernya baru tes yang lain, itu baru menghasilkan Pegawai yang Profesional).
Akhir paragraf, saya ucapkan terima kasih kepada semua pembaca, semoga tulisan saya ini dapat memberikan sedikit pengalaman bagi teman-teman, adik kakak, saudara-saudara sekalian.  Tidak ada maksud untuk menyepelekan seseorang atau masyarakat. Semua demi negara, Semua demi Indonesia,  semoga Indonesia  semakin maju.  Jika kita tidak memakai sumber daya manusia yang profesional tentu kita masih hidup pada sistem yang mengandalkan birokrasi saja, sayangnya birokrasi tanpa jiwa profesional akan menghasilkan pribadi yang suka memandai-mandai …
Terima Kasih
Muhammad Arsyad
Wassalamu Alaikum Warrahmatullah hi Wabarokatu

Sumber : Klik Here

Tidak ada komentar:

Posting Komentar